Ciletuh dapat ditempuh sekitar 7-8 jam dari Jakarta atau Bandung dengan menggunakan mobil. Kota terdekat dari lokasi ini adalah Sukabumi. Di taman bumi (Geopark) ini, kita bisa mengunjungi berbagai macam obyek, antara lain air terjun, pantai yang indah, lokasi pandang, dan tentu saja, belajar geologinya.
1. Pantai loji (bijih besi)
Jika kita berangkat dari Sukabumi, kita akan menjumpai simpang tiga (pertigaan) sebelum mencapai Pelabuhan Ratu. Ambil sisi kiri, yang akan mengarahkan kita ke Pantai Ciawitali- Loji. Setelah 4 km, akan ada persimpangan yang ditandai dengan patung ikan dan ombak. Penting! Ambil jalan ke kanan bawah yang akan mengarahkan kita ke pantai Loji dan taman bumi Ciletuh.
Di tepi pantai, kita bisa melihat PLTU Pelabuhan Ratu, yang mempunyai kapasitas 3x350 MW. Pantai Loji, berlokasi di sebelah Selatan PLTU ini. Di Pantai Loji, kita bisa melihat pantai yang berukuran hitam, yang mengandung banyak mineral pembawa bijih besi, seperti magnetit, ilmenit dan beberapa mineral aksesoris yang lain (mis. zirkon, rutil). Ketika kita menggali lebih dalam, kita bisa melihat lapisan yang lebih hitam, yang mengindikasikan lapisan yang mengandung kadar besi yang lebih tinggi dibanding di permukaan.
Pasir Besi adalah endapan pasir yang mengandung partikel bijih besi (magnetit), yang terdapat di sepanjang pantai, terbentuk karena proses penghancuran oleh cuaca, air permukaan dan gelombang terhadap batuan asal yang mengandung mineral besi seperti magnetit, ilmenit, oksida besi, kemudian terakumulasi serta tercuci oleh gelombang air laut. Pasir ini juga berasal dari erupsi gunung api atau berasal dari pelapukan batuan beku yang tertransport hingga pesisir pantai. Lapisan yang bergradasi menunjukkan adanya proses sedimentasi secara bertahap, yang terus berlangsung hingga sekarang.
Kalau kita melihat peta geologi regional (lihat gambar di bawah), kita bisa melihat beberapa formasi pembawa besi umum dijumpai, misalkan dari Citanglar (Surade) dan Cimangkok (Sukalarang, Sukabumi). Pasir ini tertransport melalui sungai yang mengarah ke pesisir laut.
2. Hotel Cipunaga (breksi)
Peta geologi Jampang dan Balekambang (digambar oleh dari Sukamto, 1975. versi pdf tersedia disini)
2. Hotel Cipunaga (breksi)
Dari Pantai Loji, kita lanjutkan perjalanan menuju Hotel Cipunaga. Disini kita bisa menjumpai singkapan breksi volkanik yang berkontak dengan lava yang terletak persis di pinggir pantai. Batu ini adalah termasuk batuan penyusun Formasi Jampang. Formasi ini tersusun atas:
(i) breksi volkanik,
(ii) anggota Cikarang terdiri dari tufa dan tufa lapili berselingan dengan tufa berbatuapung, batupasir berbatuapung, tufa gampingan, batulempung tufaan, batupasir gampingan, napal tufaan, breksi, batugamping.
(iii) aliran andesit dan basal, sebagian membreksi dan ditemukan basal bantal dari anggota Ciseureuh.
(i) breksi volkanik,
(ii) anggota Cikarang terdiri dari tufa dan tufa lapili berselingan dengan tufa berbatuapung, batupasir berbatuapung, tufa gampingan, batulempung tufaan, batupasir gampingan, napal tufaan, breksi, batugamping.
(iii) aliran andesit dan basal, sebagian membreksi dan ditemukan basal bantal dari anggota Ciseureuh.
Breksi volkanik di Cipunaga
Breksi dan lava dari Formasi Jampang
3. Puncak Darma/ Pasir Muncang/ Puncak Kemiri
Walaupun penyebutan namanya berbeda-beda, lokasi ini populer dengan nama Puncak Darma. Lokasi ini tempat yang ideal untuk melihat amfiteater Ciletuh, dimana kita bisa melihat dinding dari Formasi Jampang (Miosen Bawah, 23-16 juta tahun yang lalu), lembah di sepanjang teluk Ciletuh yang tersusun dari aluvium dan endapan Formasi Ciletuh.
Nama Puncak Darma dipopulerkan oleh Direktur CV Darma Guna yang bernama H. Opan Sopardi (alm). Di tahun 2004, pembangunan jalan menuju daerah ini dilakukan oleh kontraktor tersebut.
Ciletuh amphiteater dari Puncak Darma
Teluk Ciletuh (Ci atau cai= air, letuh=kotor). Air yang berwarna kecokelatan ini berasal dari sungai Ciletuh dan sungai Cimarinjung
Amphiteater Ciletuh dilihat dari arah Barat
Citra google earth di overlay dengan peta geologi regional
Coret-coretan saya
4. Curug Cimarinjung
Air terjun Cimarinjung, terletak di Desa Ciemas, tidak jauh dari Puncak Darma. Kita cukup menuruni bukit dengan kendaraan (atau berjalan kaki), dan kita akan menjumpai 2 buah curug yang dipisahkan oleh jembatan Cimarinjung. Air terjun di sisi kiri jembatan bisa dikunjungi dengan gratis dan tidak perlu membayar biaya parkir. Kalau kita melanjutkan rute ke Curug Cimarinjung yang kedua, maka kita dipungut restribusi untuk parkir dan dana kebersihan (sukarela). Air sungai Cimarinjung sangat deras dan airnya berwarna kecokelatan. Air sungai mengalir di sepanjang batuan yang mudah tererosi, sehingga airnya yang deras mengerosi bagian bawah dan samping sungai. Hal ini mengakibatkan air sungai menjadi keruh, terutama pada musim hujan. Kalau kita melihat peta geologinya, air sungai CIletuh berasal dari hulu yang banyak mengandung endapan pasir besi (endapan besi Citanglar).
Curug Cimarinjung yang terletak di sisi Kiri Jembatan Cimarinjung (jika perjalanan dimulai dari Puncak Darma)
Curug Cimarinjung dilihat dari etage atas
Curug Cimarinjung dilihat dari etage lebih rendah
5. Curug Sodong-Ngelai-Cikaret-Cikanteh
Curug di atas berlokasi agak jauh dari Curug Cimarinjung (+- 30 menit dengan kendaraan bermotor). Batuan dasar dari air terjun di atas sama seperti batuan dari Curug Cimarinjung, yaitu batupasir tufaan dan breksi dari Formasi Jampang anggota Cikarang. Air yang mengisi air terjun berasal dari Sungai Cikanteh. Curug Sodong disebut juga sebagai Curug Kembar karena aliran airnya bercabang menjadi dua. Tidak jauh dari Curug Sodong, kita bisa mendatangi Curug Ngelai, Curug Ciateul dan Curug Cikanteh. Saya beruntung bisa mendapatkan dua buah pelangi di kedua air terjun tersebut.
Saya jadi ingat dongeng berbahasa Jerman tentang pelangi. "Der Leprechaun und das Gold am Ende des Regenbogens". Artinya, di ujung pelangi akan muncul kurcaci dan satu panci penuh berisi emas.
Sayang, itu cuma dongeng.
Curug Sodong
Curug Cikanteh
Curug Cikanteh
Curug Ngelai. Curug ini mempunyai aliran yang sangat tinggi dan menjulur seperti lidah (ngelai dalam bahasa Sunda)
Matahari tenggelam di tepi Teluk Ciletuh
Di Puncak Darma, Taman bumi Ciletuh
Saya dan dosen saya, Pak Komang
Artikel lain tentang potensi sumber daya alam Sukabumi bisa dibaca di halaman ini . Artikel tentang Geopark Merangin pernah saya tulis di halaman ini. Selamat membaca!
Behind the scene
Tulisan ini ditulis dalam 1 minggu, karena inspirasi yang ga kunjung datang.