Update: 24-10-2017
Pesan Bapak (saya panggil mbah saya Bapak), 24-10-2017
Saya dulu lahir dibantu bidan di desa kecil, desa Kepung, Pare, Kediri. Masa kecil saya habiskan di desa di kaki gunung Kelud ini. Sekarang Pare terkenal dengan kampung Inggris, saya yang lahir disana pun belum pernah mampir. Mbah lanang saya dulunya petani, jadi khotib tak tergantikan di "langgar" (surau; bahasa Jawa) pribadi di depan rumah, sedangkan mbah putri dulu dagang di pasar, tiap sore hari menjadi guru ngaji di langgar buat anak kecil dan remaja.
Minggu lalu saya sempat telepon mbah, tombo kangen, sekalian buat obat kangen buyut dengan cicit nya. Saya memanggil mbah putri "emak", mbah lanang saya panggil "bapak." Pesan emak buat cucu tertuanya,saya:
"Le, Aqila diwarai ngaji, iqro'. Arek umur sakmono gampang banget eling e. (Thole-panggilan emak saya ke saya-, Aqila diajari mengaji. Anak umur segitu gampang banget ingatnya)."
"Inggih, Mak'e, niki pun sinau alif ba' ta kaliyan pun tumut sholat bareng (iya Emak, ini sudah belajar alif ba' ta dan ikut sholat).
"Mben sholat tak dungakno Le, Le, ben keluargamu sukses dunyo akhirat (setiap habis sholat tak doakan thole supaya sukses dunia akhirat)."
Gara-gara pesan sederhana sebenarnya, banyak memori masa kecil saya rasanya terulang buat Aqila. Saya yang dibesarkan di lingkungan adat jawa yang kental dan pondok NU (Nahdlatul Ulama- Kediri salah satu basis kuat NU) yang sangat familiar dengan tembang-tembang Jawa. Tembang ini salah satunya diajarkan oleh Sunan Kalijaga untuk mengakulturasi agama dengan lagu-lagu dan adat Jawa.
Secara tidak sadar, pas Aqila nangis karena saya dan istri saya memulai untuk menyapih Aqila yang sudah hampir umur 2 tahun, saya langsung ingat lagu-lagu yang dinyanyikan Emak sebelum saya tidur, ilir ilir dan tombo ati (versi asli yg saya apal panjang banget dibanding versi nya Cak Nun dan Kyai Kanjeng).
Saya minta istri bersenandung ke Aqila yg merengek. Setengah jam berlalu dan merengeknya mulai kurang, Aqila mulai nyaman dengan sholawat nabi, baru saya gantian nyanyi lagu dari emak saya.
Lir-ilir, lir-ilir (Bangunlah, bangunlah)
Tandure wis sumilir (Tanaman sudah bersemi)
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten
anyar (Demikian menghijau bagaikan pengantin baru)
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi (Anak gembala, anak gembala panjatlah
pohon belimbing itu)
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro (Biar licin dan susah tetaplah kau panjat untuk membasuh pakaianmu)
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir (Pakaianmu, pakaianmu terkoyak-koyak di bagian samping)
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore (jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore)
Mumpung padhang rembulane,
mumpung jembar kalangane (Mumpung bulan bersinar terang,mumpung banyak waktu luang)
Yo surako… surak iyo… (Ayo bersoraklah dengan sorakan iya)
Makna singkat lagu ini. Lagu ini mengajak seorang muslim untuk bangun dari sifat malas dan menjaga keimanan kita (diibaratkan petani yang mendapati tanaman yang mulai menghijau). Iman itu naik turun, dan untuk menjaganya sulit (diibaratkan memanjat belimbing yang licin. Ada yang bilang belimbing itu simbol solat 5 waktu, karena ada 5 sudut di buah belimbing). . Iman itu ibarat pakaian, bisa terkoyak. Jika pakaian itu rusak, maka harus segera dijahit, selagi kita masih memiliki waktu luang. Oh ya, tadi tentang belimbing, belimbing wuluh yang rasanya asem, jaman dulu dipakai oleh orang-orang untuk mencuci dan menghapus noda di baju
Mengapa tiba-tiba menulis tentang ini? Emak dan Bapak ga bisa saya lupakan perjalanan hidup saya. Beliau salah satu yang menanamkan fondasi agama dari hal paling kecil. Apa yang sudah saya dapat selama hidup ini tidak semata-mata karena kemampuan saya sendiri. Saya yakin, kesuksesan seseorang tidak lepas dari doa orang-orang di sekitarnya, salah satunya orang tua.
Sudahkah kita menyapa dan berterima kasih kepada orang berjasa disekitar kita? Distance does not separate people, silence does. Ibarat peribahasa, Kacang ora ninggal lanjaranne (kacang panjang tidak pernah meninggalkan akarnya).
Umi (Ibu) saya sungkem dengan emak bapak
Bapak lagi ceramah
Foto lebaran tahun 90an