Minggu, 12 November 2023
Jam menunjukkan pukul 14.15, tapi kami belum sampai rumah sepulang dari kondangan. Saya dan istri memutuskan untuk mampir di Masjid di Jl Mangga, tempat warung timbel favorit.
Setelah sholat Dhuhur, karena sudah mendekati waktu Ashar, kami tinggal dulu, sambil nunggu Adzan. Saya ke luar masjid, duduk di plataran.
Pandangan saya tiba-tiba tertuju ke Bapak-bapak paruh baya bersepeda dengan kopiah. Di boncengan belakang ada dus, barang dagangan. Bapak itu memegang siang sepeda dengan tangan kiri saja, beliau tidak mempunyai tangan kanan.
Sesampainya di Masjid, sepeda tua itu diparkir, beliau ke toilet lalu mengambil wudhu. Saya yang penasaran dengan barang belanjaannya menanyakan sebelum beliau masuk masjid.
"Tisu dan kanebo, Aa'"
Untung saya masih nyimpan uang di sela-sela STNK. Akhirnya saya beli kanebo kuning karena iba.
"Hatur nuhun, Aa", sambil beliau bajakan doa keselamatan ke saya.
Bapak itu tidak memelas dan meminta, tapi tetap berjualan untuk menyambung kehidupan. Yang buat perasaan saya campur aduk, beliau yang tidak mempunyai tangan kanan, masih bisa tersenyum waktu dibeli kanebonya. Beliau masih bisa mengayuh sepeda ke masjid sebelum adzan.
Bagaimana dengan kita?
Di depan mimbar Masjid, saya bersebelahan dengan beliau. Beliau berterima kasih sekali lagi karena dagangannya dibeli. Makin campur aduk perasaan.
Beliau lanjut solat takhiyatul masjid, lanjut solat sunnah.
Tidak terasa, ternyata beliau yang mengingatkan betapa banyak nikmat kemudahan yang saya terima, yang lupa saya syukuri. Pesan Allah ke saya sederhana, tapi membekas ke saya.
Kapan kamu melangkah ke masjid sebelum adzan
Kapan kamu bersyukur punya tubuh yang sempurna
Kapan kamu bisa tenang, karena masih ada uang yang bisa kamu sisipkan di antara lipatan STNK
Perasaan saya kacau di depan mimbar masjid. Gusti.... ampuni hamba.
Dengan segala keterbatasan beliau, masih bisa datang ke masjid, bahkan sebelum adzan. Apa kabar kita?
---
Setelah sholat, hati saya jadi lebih tenang. Saya ceritakan hal ini ke Vidya, seperti biasa akhirnya plong ganjalan saya.
Sebelum pulang, beliau bertemu saya lagi, sekali lagi, beliau menundukkan badan dan berterima kasih. Beliau, yang saya tidak tahu namanya, tinggal di Laswi.
Terima kasih Pak penjual kanebo dan tisu, berkat Bapak, saya jadi ingat untuk banyak bersyukur. Bapak, bisa jadi jauh lebih mulia dibandingkan kami yang dicukupkan segalanya.
Kapan kamu melangkah ke masjid sebelum adzan
Kapan kamu bersyukur punya tubuh yang sempurna
Kapan kamu bisa tenang, karena masih ada uang yang bisa kamu sisipkan di antara lipatan STNK
Perasaan saya kacau di depan mimbar masjid. Gusti.... ampuni hamba.
Dengan segala keterbatasan beliau, masih bisa datang ke masjid, bahkan sebelum adzan. Apa kabar kita?
---
Setelah sholat, hati saya jadi lebih tenang. Saya ceritakan hal ini ke Vidya, seperti biasa akhirnya plong ganjalan saya.
Sebelum pulang, beliau bertemu saya lagi, sekali lagi, beliau menundukkan badan dan berterima kasih. Beliau, yang saya tidak tahu namanya, tinggal di Laswi.
Terima kasih Pak penjual kanebo dan tisu, berkat Bapak, saya jadi ingat untuk banyak bersyukur. Bapak, bisa jadi jauh lebih mulia dibandingkan kami yang dicukupkan segalanya.
Semoga bisa menjadi pengingat yang baik bagi yang membaca.
0 comments:
Post a Comment
Komentar akan dimoderasi oleh penulis sebelum tayang. Terima kasih